Thursday, June 27, 2013

Queen of Solitude

Kala intan dan permata adalah barang yang paling berharga yang aku miliki
Aku mampu saja menukarnya demi memilikimu
Semoga cinta menuntun langkahmu menemuiku
Aku yang masih terjembab masa lalu

Lihat, aku luka
Aku tambah terluka melihat lukamu
Aku menjauh agar kau tak melihat lukaku
Pilu yang melanda saat menyadari ketidakmampuanku memilikimu

Aku pengecut

Senyum, atau tangis, adalah dua hal yang hanya dapat aku lakukan saat kau putuskan menutup hatimu
Aku tak mampu membuatmu mengingatku
Bahkan dalam memorimu 
Mungkin saja aku hanyalah angin yang sekedar menghembuskan kesegaran sesaat


Gilimanuk-Ketapang

Wednesday, June 26, 2013


Dear Diary...

Malam ini aku merindukan ketiga sahabatku. Waktu yang paling sempurna saat masa sekolah, adalah waktu bersama mereka. Kami tampak sederhana, dengan kegilaan yang wajar, kami menyemai persahabatan yang semoga tak lekang oleh waktu. Bagaimana aku menggambarkan mereka, mereka begitu sempurna sebagai sosok sahabat. Kami tersenyum, tertawa, dan menangis bersama-sama. Doa, asa, semangat, semua ada di kebersamaan kami.


Biar aku menggambarkan dengan sederhana sahabat-sahabatku semenjak SMA ini. Mereka adalah Khairunnisa (Nisa), Nurul Hidayah (Uyung), dan Mujiati (Muji/Nji), dan aku sendiri Nur Malindah Lestari (Iin), kami masing-masing juga memiliki sebuah cincin yang dipahat singkatan nama kami, IMUN (Iin, Muji, Uyung, dan Nisa).


1. Khairunnisa

Nisa, Qirun, atau Datum. Ya itulah yang biasa kami sebut untuk memanggil dirinya. Sewaktu kelas 10, tak ada yang spesial mengenai dirinya, karena kami belum saling dekat. Kami mulai akrab semenjak kami berlatih tari saman untuk pagelaran seni kelas 10. Kemudian kami melanjutkan ke kelas yang sama ‘sebelas Ilmu Pengetahuan Bahasa (IPB)’. Tatapan matanya yang tajam jika melirik orang membuat nurul selalu berkata “Dia mah, biasa aja dong Nis, kalo ngeliat orang gitu banget, ngeri jadinya.hehe”. 

Nisa, sahabatku ini orang yang sederhana dan juga irit. Ia memiliki seorang kekasih yang baik hati ‘ka Fajri’. Mereka sudah lebih dari lima tahun menjalin kasih, semoga Allah segera mempersatukan kalian dalam ikatan yang suci dan halal :)


Sewaktu menjelang UN, seorang kakak bimbel bertanya “Nisa mau masuk jurusan apa nanti kuliah?”, dengan mantap nisa menjawab “pendidikan bahasa Indonesia kak”, aku pun berceloteh “wah..gue sih maunya pendidikan bahasa Inggris atau Jepang nis! Ogah Bahasa Indonesia mah, mau jadi apaan gue!”. Ya Tuhan, aku termakan sumpah serapahku itu… Lihat aku sekarang! Mahasiswa semester 6 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UNJ. Aku selalu tertawa geli jika mengingat semua itu. Nisa yang ternyata salah memilih jurusan saat mendaftar, ia justru mendaftar prodi ‘sastra Indonesia’ bukan ‘Pendidikan bhs Indonesia’. Aku mencoba menegarkan hatinya. Hehe :p  namun aku bahagia, Terima kasih ya Allah karena kami berada di satu univ yang sama, fakultas yang sama, jurusan yang sama, dan tentunya gedung kelas yang sama.


Ide gila yang sering terlontar dari ucapannya tak jarang membuat kami tertawa terpingkal-pingkal atau sekedar menyengir, atau menyungging. Hehe.. ia sering menggunakan kata ganti untuk menggambarkan suatu peristiwa, dan menggunakan kalimat pragmatik, sehingga kami bertiga (iin, nji, uyung) seringkali harus berpikir keras untuk menebak apa maksudnya. Kadang-kadang juga ingin rasanya aku merampok HP-nya dan menyembunyikannya jauh-jauh saat ia mulai bercakap-cakap dengan kekasihnya. Hati-hati nis, kebanyakan nelpon ntar kena radang otak lho #ngeles



Botol minum tak pernah absen mendampinginya kemana pun ia berada. Ia terlalu addict dengan air putih, sehingga tubuhnya tampak sehat selalu. Nisa, sosok kalem yang keibuan. Pekerjaan rumah apa yang tak bisa ia kerjakan. Aku kagum padanya. Mungkin hal itu pula lah yang membuat ka Fajri tergila-gila padanya. Tahi lalat di atas bibirnya membuat ia terlihat manis, itulah mengapa kami menyebutnya datum. Datum dalam matematika adalah sebuah titik. Itulah, titik di atas bibirnya. Hehe.. Nisakuh, terima kasih telah membuat persahabatan ini terasa sempurna :) Aku sayang Nisa selamanya!



2. Nurul Hidayah

“Uyung….!” Biasa kami memanggilnya, panggilan akrab dia di keluarganya itu kami hadirkan kembali diantara kami, agar kami bisa menjadi seperti keluarganya. Uyung, pertama aku mengenalnya di kelas IPB, ia duduk tepat dibelakangku. Wanita berkerudung panjang, pernah menjadi kepala keputrian ROHIS SMA kami. Awalnya aku agak sungkan, takut-takut pemikiran kami jauh berbeda dengan aku yang agak jauh dari kegiatan-kegiatan rohani. Namun, kemudian pemikiranku salah, ia justru membuatku jauh lebih baik. Ia bak pelita di tengah gelapnya hutan rimba, ia yang selalu mengingatkanku saat salah, dan tak enggan memujiku kala aku aku ‘benar’.


Ia hampir selalu membawa bekal makanan ke sekolah, dan dari sekian banyak makanannya, bakso tumis pedas ialah menu favoritku saat aku mengrecoki waktu makannya. Hehe, Rul, bakso tumis pedasmu adalah makanan terenak buatan sahabatku yang pernah aku cicipi! Kami pun menyukai satu makanan yang sama, sebut saja ia ‘Bakmi’. Kami pun ternyata sama-sama suka merampok daun bawang. Kami pun dengan tanpa rasa bersalah selalu saja hampir menghabiskan stock daun bawang yang ada di meja tukang bakmi di belakang kantor kecamatan Cengkareng itu. Kesamaan lainnya yang aku dan ia miliki adalah, tak jarang kami menatap ke arah yang sama, yaitu jendela kelas IPB. Apa yang ia lihat di balik jendela itu? Sama dengan apa yang aku lihat: Harapan! ^_^ namun harapan itu, tampaknya sudah semakin Allah jauhkan dari kami. Tetap semangat ya rul :-)


Teringat saat ia sakit di kelas, kami khawatir bukan main. Ia membuat pelajaran matematika dengan guru kiler kami itu batal. Yang lain senang bukan main, namun di sisi lain juga khawatir dengan keadaannya. Nurul, mungkin jika di urutkan, ialah yang paling pintar matematika. Kedua adalah Nisa, Ketiga adalah Muji, dan terakhir barulah aku. Haha :p Nurul adalah pilihan pertamaku untuk menyontek matematika jika ujian mtk tiba. Nurul, masih ingat tidak kita pernah saling mendiamkan satu sama lain karena aku yang ngambek gak kamu kasih contekan? Hehe.. betapa kekanak-kanakannya aku ^^.  Uyung juga sangat kreatif, ia yang selalu saja bisa diandalkan jika ada tugas mengarang. Ia juga pandai monolog, aaaah…aku tak lupa yang satu ini, air mataku jatuh berderai dibuatnya saat ia gladi resik monolog untuk pagelaran seni kelas sebelas IPB kala itu. Empat jempol untukmu Rul :D


Nurul yang sangat suka pelajaran bahasa Indonesia ini semoga sukses di jurusan yang sedang ia tempuh di UNJ jurusan bahasa Jepang. Dulu ia sangat ingin jadi guru bahasa Indonesia, wah nurul. Peruntunganmu itu mungkin untuk aku dulu yaa.. hehe.. aku bahagia karena kita masih berada di naungan yang sama: UNJ.


Uyung yang dewasa, uyung yang bijaksana, uyung yang penyayang, uyug yang perhatian. Uyung yang jago masak, jago mtk, jago mandarin. Tersenyumlah terus untuk dunia, ia takkan letih melihat senyumanmu.  Uyung yang kuat, uyung yang tegar.  Uyungkuh, terima kasih telah membuat persahabatan ini terasa sempurna :) Aku sayang Uyung selamanya!



3. Mujiati

“Jeng..” itulah yang sering keluar dari mulutnya ketika memanggilku dan kedua sahabatku yang lain. Sosok mungil berkulit paling putih diantara kami berempat ini sangat mahir dalam bahasa Jepang, itulah mengapa sekarang ia berada di jurusan sastra Jepang UNPAD. Meski sedih karena kami berada di kota yang berbeda, namun setidaknya kami selalu menyempatkan berkumpul saat ia pulang ke Jakarta. Mojang Bandung yang satu ini agaknya sibuk dengan urusan kuliah sampai asmanya masih sering kambuh, dan tubuhnya yang mungil itu tak kunjung gemuk. Hehe.. Nji pun memiliki gaya tulisan yang sangat khas yang langsung membuat aku mengenali tulisannya, ia sungguh sangat tidak hemat kertas jika menulis.


Dimana kami berkumpul adalah di rumahnya. Rumahnya adalah tempat paling strategis untuk kami bernostalgia, karena letaknya yang tak begitu jauh dari letak SMA kami. Awalnya Nji lah yang paling sering galau diantara kami berempat, namun sekarang menular kepadaku. Akhirnya aku tau rasanya galau karena seorang pria. Nji, begitu tegar, aku tak bisa membayangkan rasanya jika seseorang yang spesial itu justru merajut untaian kasih dalam bentuk pernikahan dengan wanita lain. Nji mengajariku keikhlasan. Kami tak lupa untuk berceloteh setiap dia meracau memikirkan apakah ia harus naik ojek atau angkot saat ia hendak berpergian. Tak di Jakarta, tak di Bandung, ojeklah yang masih menjadi  kendaraan andalannya. Heheh


Nji yang selalu kami repotkan setiap saat kami berkunjung ke rumahnya, ia selalu menyempatkan memberi kami empan (hehe). “Di rumah Nji mah ga ada apa-apa, seadanya aja yah nji mah nyediainnya.” Kalimat itulah yang selalu aku ingat saat ia mempersilahkan kami mencicipi hidangan-hidangan yang ia berikan. Ia selalu menggunakan majas litotes tersebut, padahal meja ruang tamunya selalu Ia penuhi dengan jamuan-jamuan yang wow untuk kami. Tak jarang pula ia harus merampok beberapa makanan dari warungnya untuk memberi kami makan, bahkan nasi dan lauk pauknya untuk kami patoki. Hihi ^^


Gigi yang berjajar rapi milik nji selalu menghiasi foto-foto yang kami punya. Ia selalu tampil penuh percaya diri. Sewaktu SMA, makanan favoritnya adalah katsu. Betapa bosannya aku melihat ia membawa kotak nasi katsu hari demi hari. Lalu karena kami lah dia mulai terperosok ke dalam warung soto di kantin. Entah mengapa kemudian ia menjadi begitu tergila-gila dengan soto. Kami bertiga yang selalu menggeleng-gelengkan kepala saat ia mulai berkata “duh,pedes banget!” padahal ia tidak menaruh sambal cabe sedikitpun di mangkuknya. Berbeda terjengkang dengan Nisa yang menggilai sambel, seharusnya Nji berkata “duh, kemanisan nih sotonya!” karena mungkin jika tidak kami cegah, maka warung soto tersebut akan rugi karena kecapnya selalu dirampok oleh gadis aneh yang satu ini. Hehe…


Nji-kuh, terima kasih telah membuat persahabatan ini terasa sempurna :) Aku sayang Nji selamanya!



***
Nji, Nurul, dan Nisa. Terima kasih karena telah menerangi hidupku dengan cahaya hangat persahabatan. Kalian lah sahabat tergila yang pernah ada. Mungkin sekarang kita berempat tengah sibuk dengan pendidikan yang sedang kita tempuh. Kita sibuk menata masa depan. Namun aku tahu dalam hati kita masing-masing masih menyimpan sejuta kenangan yang tak terlupakan, dan biarkan aku mengenang semua itu dalam memoriku. Masih ingatkah kalian dengan beberapa ini:

  • Untuk sosok-sosok F4 versi kita berempat, yang pernah kita pikirkan?
  • Untuk uang-uang sumbangan yang kalian minta ke seluruh teman-teman IPB menjelang ulang tahunku? Kalian melakukannya di depan mataku, hal gila macam apa itu. Haha
  • Saat aku, nisa, nji membungkus dengan Koran hadiah ulang tahun untuk Nurul yang kami lakukan di depan wajahnya. Lalu kemudian meminta ia langsung membukanya kembali. What a crazy! haha
  • Tukang bakso yang minta kecap?
  • Saat kita berempat sama-sama bercerita, lalu menangis Bombay bergantian dan mengakhirinya di wc pojok lantai 2 di SMA kita itu? 
  • Saat ketua kelas kita ‘Boim’ melambaikan sapu tangan putihnya ketika aku terjatuh menubruk lantai akibat permainan berputar-putar depan kelas? Nji yang mencoba memeriksa keadaanku lalu menenangkanku itu pasti juga tertawa dalam hatinya. Haha 
  • Saat menghitung berapa juta yang melekat di setiap orang yang lewat? :p


Coba kalian bantu aku melengkapi memori-memori tersebut, agaknya memoriku ikut sedikit terhapus saat aku mencoba mendelete  beberapa memori yang tak ingin ku ingat saat SMA :’)


Banyak sekali hal yang ingin aku tuliskan di sini, aku rasa aku bisa membuat sebuah buku biografi, atau bibliografi, atau novel mungkin jika aku terus melanjutkan tulisan ini. Aku gila, aku yang sangat menggilai kenangan masa lalu, kadang masih terperangkap dengan semua memori-memori yang bercampur antara keindahannya dan keperihannya. Aku beruntung memiliki kalian, dan pernah merasakan cinta persahabatan. Meski keadaan kini berbeda dengan yang dulu, namun aku ingin tetap merajut persahabatan ini sampai nafas ini habis. AKU CINTA IMUN SELAMANYA! :-)


                                  Jakarta, 22:00 WIB, 26 Juni 2013.



Foto BTS 2010 (Nji, Nisa, Iiin, Uyung)
Kumpul2 di awal 2013


Ultah Nji ke-21 (Nisa, Uyung, Nji, Iin)

Wednesday, June 19, 2013

Peran Pemuda Pada PEMILU 2014


 
Pemuda, harapan bangsa. Kiranya peran pemuda tak perlu diragukan lagi dalam proses pembangunan bangsa Indonesia. Terlebih lagi Semangat-semangat pemuda Indonesia sangat diperlukan untuk terus berkarya dan mengembangkan potensi yang dimiliki demi Indonesia yang lebih maju.
Pemilihan umum (PEMILU) 2014 adalah masa dimana setiap orang yang telah memenuhi persyaratan untuk menjadi pemilih untuk memilih calon-calon pemimpin negara. Di sini lah peran pemuda sangat berpengaruh dalam membawa pemilu kepada semangat yang lebih segar. PEMILU 2014 akan menjadi ajang pemilihan umum yang dinanti pembaharuannya. Sebagai pemuda, tentu kita dituntut untuk lebih aktif dan semangat dalam menyambut PEMILU, dan mengisinya dengan hal-hal yang bermanfaat.
Banyak hal yang dapat dilakukan oleh pemuda untuk PEMILU yang lebih berkharisma, dan jauh dari kesan culas, yakni tidak membuat publikasi yang terlalu berlebihan dan terkesan mubazir, dan membuat publikasi dengan bentuk yang kreatif dan bermanfaat untuk masyarakat umum. Banyak tempat yang dapat dimanfaatkan untuk ruang publikasi akan PEMILU. Disinilah peran pemuda dalam memberi ide kreatif, misalnya dengan memanfaatkan sarana umum atau tempat-tempat umum sebagai ruang publikasi calon-calon legislatif tersebut. Sebagai contoh, kita dapat memasang iklan-iklan tentang pemilu di mall, dan tempat-tempat dimana banyak muda-mudi biasa berdatangan. Buktikan bahwa pemuda mempunyai peran besar dalam kemajuan bangsa!

“MAJU UNTUK PEMILU 2014”


Nur Malindah Lestari (Kelompok 1: Flores)