Dear Diary...
Malam ini aku merindukan ketiga
sahabatku. Waktu yang paling sempurna saat masa sekolah, adalah waktu bersama
mereka. Kami tampak sederhana, dengan kegilaan yang wajar, kami menyemai
persahabatan yang semoga tak lekang oleh waktu. Bagaimana aku menggambarkan
mereka, mereka begitu sempurna sebagai sosok sahabat. Kami tersenyum, tertawa,
dan menangis bersama-sama. Doa, asa, semangat, semua ada di kebersamaan kami.
Biar aku menggambarkan dengan
sederhana sahabat-sahabatku semenjak SMA ini. Mereka adalah Khairunnisa (Nisa),
Nurul Hidayah (Uyung), dan Mujiati (Muji/Nji), dan aku sendiri Nur Malindah
Lestari (Iin), kami masing-masing juga memiliki sebuah cincin yang dipahat
singkatan nama kami, IMUN (Iin, Muji, Uyung, dan Nisa).
1. Khairunnisa
Nisa, Qirun, atau Datum. Ya
itulah yang biasa kami sebut untuk memanggil dirinya. Sewaktu kelas 10, tak ada
yang spesial mengenai dirinya, karena kami belum saling dekat. Kami mulai akrab
semenjak kami berlatih tari saman untuk pagelaran seni kelas 10. Kemudian kami
melanjutkan ke kelas yang sama ‘sebelas Ilmu Pengetahuan Bahasa (IPB)’. Tatapan
matanya yang tajam jika melirik orang membuat nurul selalu berkata “Dia mah,
biasa aja dong Nis, kalo ngeliat orang gitu banget, ngeri jadinya.hehe”.
Nisa,
sahabatku ini orang yang sederhana dan juga irit. Ia memiliki seorang kekasih
yang baik hati ‘ka Fajri’. Mereka sudah lebih dari lima tahun menjalin kasih,
semoga Allah segera mempersatukan kalian dalam ikatan yang suci dan halal :)
Sewaktu menjelang UN, seorang
kakak bimbel bertanya “Nisa mau masuk jurusan apa nanti kuliah?”, dengan mantap
nisa menjawab “pendidikan bahasa Indonesia kak”, aku pun berceloteh “wah..gue
sih maunya pendidikan bahasa Inggris atau Jepang nis! Ogah Bahasa Indonesia
mah, mau jadi apaan gue!”. Ya Tuhan, aku termakan sumpah serapahku itu… Lihat
aku sekarang! Mahasiswa semester 6 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UNJ.
Aku selalu tertawa geli jika mengingat semua itu. Nisa yang ternyata salah
memilih jurusan saat mendaftar, ia justru mendaftar prodi ‘sastra Indonesia’
bukan ‘Pendidikan bhs Indonesia’. Aku mencoba menegarkan hatinya. Hehe :p namun aku bahagia, Terima kasih ya Allah
karena kami berada di satu univ yang sama, fakultas yang sama, jurusan yang
sama, dan tentunya gedung kelas yang sama.
Ide gila yang sering terlontar
dari ucapannya tak jarang membuat kami tertawa terpingkal-pingkal atau sekedar
menyengir, atau menyungging. Hehe.. ia sering menggunakan kata ganti untuk
menggambarkan suatu peristiwa, dan menggunakan kalimat pragmatik, sehingga kami
bertiga (iin, nji, uyung) seringkali harus berpikir keras untuk menebak apa
maksudnya. Kadang-kadang juga ingin rasanya aku merampok HP-nya dan
menyembunyikannya jauh-jauh saat ia mulai bercakap-cakap dengan kekasihnya.
Hati-hati nis, kebanyakan nelpon ntar kena radang otak lho #ngeles
Botol minum tak pernah absen
mendampinginya kemana pun ia berada. Ia terlalu addict dengan air putih,
sehingga tubuhnya tampak sehat selalu. Nisa, sosok kalem yang keibuan.
Pekerjaan rumah apa yang tak bisa ia kerjakan. Aku kagum padanya. Mungkin hal
itu pula lah yang membuat ka Fajri tergila-gila padanya. Tahi lalat di atas
bibirnya membuat ia terlihat manis, itulah mengapa kami menyebutnya datum.
Datum dalam matematika adalah sebuah titik. Itulah, titik di atas bibirnya.
Hehe.. Nisakuh, terima kasih telah membuat persahabatan ini terasa sempurna :)
Aku sayang Nisa selamanya!
2. Nurul Hidayah
“Uyung….!” Biasa kami
memanggilnya, panggilan akrab dia di keluarganya itu kami hadirkan kembali
diantara kami, agar kami bisa menjadi seperti keluarganya. Uyung, pertama aku
mengenalnya di kelas IPB, ia duduk tepat dibelakangku. Wanita berkerudung
panjang, pernah menjadi kepala keputrian ROHIS SMA kami. Awalnya aku agak
sungkan, takut-takut pemikiran kami jauh berbeda dengan aku yang agak jauh dari
kegiatan-kegiatan rohani. Namun, kemudian pemikiranku salah, ia justru
membuatku jauh lebih baik. Ia bak pelita di tengah gelapnya hutan rimba, ia
yang selalu mengingatkanku saat salah, dan tak enggan memujiku kala aku aku
‘benar’.
Ia hampir selalu membawa bekal
makanan ke sekolah, dan dari sekian banyak makanannya, bakso tumis pedas ialah
menu favoritku saat aku mengrecoki waktu makannya. Hehe, Rul, bakso tumis
pedasmu adalah makanan terenak buatan sahabatku yang pernah aku cicipi! Kami
pun menyukai satu makanan yang sama, sebut saja ia ‘Bakmi’. Kami pun ternyata
sama-sama suka merampok daun bawang. Kami pun dengan tanpa rasa bersalah selalu
saja hampir menghabiskan stock daun bawang yang ada di meja tukang bakmi di
belakang kantor kecamatan Cengkareng itu. Kesamaan lainnya yang aku dan ia
miliki adalah, tak jarang kami menatap ke arah yang sama, yaitu jendela kelas
IPB. Apa yang ia lihat di balik jendela itu? Sama dengan apa yang aku lihat:
Harapan! ^_^ namun harapan itu, tampaknya sudah semakin Allah jauhkan dari kami.
Tetap semangat ya rul :-)
Teringat saat ia sakit di kelas,
kami khawatir bukan main. Ia membuat pelajaran matematika dengan guru kiler
kami itu batal. Yang lain senang bukan main, namun di sisi lain juga khawatir
dengan keadaannya. Nurul, mungkin jika di urutkan, ialah yang paling pintar
matematika. Kedua adalah Nisa, Ketiga adalah Muji, dan terakhir barulah aku.
Haha :p Nurul adalah pilihan pertamaku untuk menyontek matematika jika ujian
mtk tiba. Nurul, masih ingat tidak kita pernah saling mendiamkan satu sama lain
karena aku yang ngambek gak kamu kasih contekan? Hehe.. betapa
kekanak-kanakannya aku ^^. Uyung juga
sangat kreatif, ia yang selalu saja bisa diandalkan jika ada tugas mengarang.
Ia juga pandai monolog, aaaah…aku tak lupa yang satu ini, air mataku jatuh
berderai dibuatnya saat ia gladi resik monolog untuk pagelaran seni kelas
sebelas IPB kala itu. Empat jempol untukmu Rul :D
Nurul yang sangat suka pelajaran
bahasa Indonesia ini semoga sukses di jurusan yang sedang ia tempuh di UNJ jurusan
bahasa Jepang. Dulu ia sangat ingin jadi guru bahasa Indonesia, wah nurul.
Peruntunganmu itu mungkin untuk aku dulu yaa.. hehe.. aku bahagia karena kita
masih berada di naungan yang sama: UNJ.
Uyung yang dewasa, uyung yang
bijaksana, uyung yang penyayang, uyug yang perhatian. Uyung yang jago masak,
jago mtk, jago mandarin. Tersenyumlah terus untuk dunia, ia takkan letih
melihat senyumanmu. Uyung yang kuat,
uyung yang tegar. Uyungkuh, terima kasih
telah membuat persahabatan ini terasa sempurna :) Aku sayang Uyung selamanya!
3. Mujiati
“Jeng..” itulah yang sering
keluar dari mulutnya ketika memanggilku dan kedua sahabatku yang lain. Sosok
mungil berkulit paling putih diantara kami berempat ini sangat mahir dalam
bahasa Jepang, itulah mengapa sekarang ia berada di jurusan sastra Jepang UNPAD.
Meski sedih karena kami berada di kota yang berbeda, namun setidaknya kami
selalu menyempatkan berkumpul saat ia pulang ke Jakarta. Mojang Bandung yang
satu ini agaknya sibuk dengan urusan kuliah sampai asmanya masih sering kambuh,
dan tubuhnya yang mungil itu tak kunjung gemuk. Hehe.. Nji pun memiliki gaya
tulisan yang sangat khas yang langsung membuat aku mengenali tulisannya, ia
sungguh sangat tidak hemat kertas jika menulis.
Dimana kami berkumpul adalah di
rumahnya. Rumahnya adalah tempat paling strategis untuk kami bernostalgia,
karena letaknya yang tak begitu jauh dari letak SMA kami. Awalnya Nji lah yang
paling sering galau diantara kami berempat, namun sekarang menular kepadaku.
Akhirnya aku tau rasanya galau karena seorang pria. Nji, begitu tegar, aku tak
bisa membayangkan rasanya jika seseorang yang spesial itu justru merajut
untaian kasih dalam bentuk pernikahan dengan wanita lain. Nji mengajariku
keikhlasan. Kami tak lupa untuk berceloteh setiap dia meracau memikirkan apakah
ia harus naik ojek atau angkot saat ia hendak berpergian. Tak di Jakarta, tak
di Bandung, ojeklah yang masih menjadi
kendaraan andalannya. Heheh
Nji yang selalu kami repotkan
setiap saat kami berkunjung ke rumahnya, ia selalu menyempatkan memberi kami
empan (hehe). “Di rumah Nji mah ga ada apa-apa, seadanya aja yah nji mah
nyediainnya.” Kalimat itulah yang selalu aku ingat saat ia mempersilahkan kami
mencicipi hidangan-hidangan yang ia berikan. Ia selalu menggunakan majas
litotes tersebut, padahal meja ruang tamunya selalu Ia penuhi dengan
jamuan-jamuan yang wow untuk kami. Tak jarang pula ia harus merampok beberapa
makanan dari warungnya untuk memberi kami makan, bahkan nasi dan lauk pauknya
untuk kami patoki. Hihi ^^
Gigi yang berjajar rapi milik nji
selalu menghiasi foto-foto yang kami punya. Ia selalu tampil penuh percaya
diri. Sewaktu SMA, makanan favoritnya adalah katsu. Betapa bosannya aku melihat
ia membawa kotak nasi katsu hari demi hari. Lalu karena kami lah dia mulai
terperosok ke dalam warung soto di kantin. Entah mengapa kemudian ia menjadi
begitu tergila-gila dengan soto. Kami bertiga yang selalu menggeleng-gelengkan
kepala saat ia mulai berkata “duh,pedes banget!” padahal ia tidak menaruh
sambal cabe sedikitpun di mangkuknya. Berbeda terjengkang dengan Nisa yang
menggilai sambel, seharusnya Nji berkata “duh, kemanisan nih sotonya!” karena
mungkin jika tidak kami cegah, maka warung soto tersebut akan rugi karena
kecapnya selalu dirampok oleh gadis aneh yang satu ini. Hehe…
Nji-kuh, terima kasih telah
membuat persahabatan ini terasa sempurna :) Aku sayang Nji selamanya!
***
Nji, Nurul, dan Nisa. Terima
kasih karena telah menerangi hidupku dengan cahaya hangat persahabatan. Kalian
lah sahabat tergila yang pernah ada. Mungkin sekarang kita berempat tengah
sibuk dengan pendidikan yang sedang kita tempuh. Kita sibuk menata masa depan.
Namun aku tahu dalam hati kita masing-masing masih menyimpan sejuta kenangan
yang tak terlupakan, dan biarkan aku mengenang semua itu dalam memoriku. Masih
ingatkah kalian dengan beberapa ini:
- Untuk sosok-sosok F4 versi kita berempat, yang pernah kita
pikirkan?
- Untuk uang-uang sumbangan yang kalian minta ke seluruh
teman-teman IPB menjelang ulang tahunku? Kalian melakukannya di depan mataku,
hal gila macam apa itu. Haha
- Saat aku, nisa, nji membungkus dengan Koran hadiah ulang tahun
untuk Nurul yang kami lakukan di depan wajahnya. Lalu kemudian meminta ia
langsung membukanya kembali. What a crazy! haha
- Tukang bakso yang minta kecap?
- Saat kita berempat sama-sama bercerita, lalu menangis Bombay
bergantian dan mengakhirinya di wc pojok lantai 2 di SMA kita itu?
- Saat ketua kelas kita ‘Boim’ melambaikan sapu tangan putihnya
ketika aku terjatuh menubruk lantai akibat permainan berputar-putar depan
kelas? Nji yang mencoba memeriksa keadaanku lalu menenangkanku itu pasti juga
tertawa dalam hatinya. Haha
- Saat menghitung berapa juta yang melekat di setiap orang yang lewat? :p
Coba kalian bantu aku melengkapi
memori-memori tersebut, agaknya memoriku ikut sedikit terhapus saat aku mencoba
mendelete beberapa memori yang tak ingin
ku ingat saat SMA :’)
Banyak sekali hal yang ingin aku
tuliskan di sini, aku rasa aku bisa membuat sebuah buku biografi, atau
bibliografi, atau novel mungkin jika aku terus melanjutkan tulisan ini. Aku
gila, aku yang sangat menggilai kenangan masa lalu, kadang masih terperangkap
dengan semua memori-memori yang bercampur antara keindahannya dan keperihannya.
Aku beruntung memiliki kalian, dan pernah merasakan cinta persahabatan. Meski keadaan
kini berbeda dengan yang dulu, namun aku ingin tetap merajut persahabatan ini
sampai nafas ini habis. AKU CINTA IMUN SELAMANYA! :-)
Jakarta, 22:00 WIB, 26 Juni 2013.
|
Foto BTS 2010 (Nji, Nisa, Iiin, Uyung) |
|
Kumpul2 di awal 2013 |
|
Ultah Nji ke-21 (Nisa, Uyung, Nji, Iin) |
|