Tuesday, November 22, 2011

Tugas Kajian Prosa Fiksi-Mengkaji Cerpen "Bingkai" menggunakan penceritaan plot


ANALISIS CERPEN
“Bingkai”
Karya Kurnia Effendi
Menelisik harmoni cerita
Menggunakan Penceritaan Plot

MATA KULIAH KAJIAN PROSA FIKSI
Dosen Pengampu: Erfi Firmansyah, S.Pd M.A


logo_clr









Disusun Oleh
Nur Malindah Lestari (2115101135)
Kelas 2A


Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia
Fakultas Bahasa dan Seni
Universitas Negeri Jakarta
2011




KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya penulis telah menyusun makalah pengkajian cerpen dengan penceritaan plot pada cerpen yang berjudul “Bingkai” karya Kurnia Effendi.

Penulis berharap dengan adanya makalah ini dapat memberikan manfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi para pembaca. Ucapan Terima kasih kepada Bapak Erfi Firmansyah, S. Pd M.A selaku dosen pengampu mata kuliah Kajian Prosa Fiksi, juga kepada teman-teman kelas 2A, dan kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat dibutuhkan dalam penyempurnaan makalah yang lebih lanjut.


Jakarta,     November  2011


         Penulis

 





BAB I
PENDAHULUAN

1.1.        Latar Belakang
Bentuk-bentuk karya sastra itu biasanya berupa prosa, puisi dan drama yang biasa disebut sastra. Berdasarkan sejarah perkembangan sastra di Indonesia, prosa dikelompokkan menjadi dua yaitu prosa lama dan prosa baru, berupa cerpen dan novel. Semua karya sastra termasuk cerpen merupakan sesuatu totalitas yang memiliki nilai seni. Totalitas itu dibangun oleh unsur-unsur pembangun yaitu dari unsur intrinsik dan ekstrinsik.
Alur atau plot adalah urutan kejadian (peristiwa) cerita yang dipakai oleh pengarang untuk mengantarkan cerita kepada pembaca. Alur yang baik dan menarik kebanyakan berliku-liku dan dramatis.
Cerita Pendek (Cerpen) juga sebagai salah satu bentuk karya sastra yang dapat mengemukakan sesuatu secara bebas, menyajikan sesuatu secara lebih banyak, melibatkan permasalahan yang cukup kompleks. Dalam cerpen ada alur maju yang kronologis (urut waktu), ada alur mundur atau flashback yang menyorot balik cerita atau menulis cerita langsung ending baru balik ke masa silam. Alur juga mempunyai tahapan karena dengan tahapan itu pembaca bisa menentukan alur apa yang dipakai pengarang.
Oleh karena itu, alur merupakan unsur intrinsik yang sangat penting karena apabila alur itu bagus maka pembaca akan menikmati keindahan sastra tersebut. Melalui karya tulis ini penulis mengulas tentang sebuah alur dalam cerpen karya Kurnia Effendi yang berjudul “Bingkai”.

1.2    Tujuan Penulisan

  •   Memenuhi tugas Kajian Prosa Fiksi  
  •   Mengetahui pengertian cerpen  
  •   Untuk mengetahui alur yang digunakan dalam cerpen  
  •   Untuk memahami tahapan alur dalam cerpen

1.3     Rumusan masalah
    1.  Alur apa yang digunakan dalam cerpen “Bingkai”?
          2.  Bagaimana tahapan alur dalam cerpen “Bingkai”?

1.4 Pembatasan Masalah
       Mengingat ruang llingkup yang begitu luas dalam unsur-unsur intrinsik, maka penulis membatasi hanya membahas salah satu unsur intrinsik yaitu alur atau plot.



BAB II
KAJIAN TEORI

2.1  Pengertian Cerpen

Menurut Susanto dalam Tarigan (1984 : 176), cerita pendek adalah cerita yang panjangnya sekitar 5000 kata atau kira-kira 17 halaman kuarto spasi rangkap yang terpusat dan lengkap pada dirinya sendiri.

Sumardjo dan Saini (1997 : 37) mengatakan bahwa cerita pendek adalah cerita atau narasi (bukan analisis argumentatif) yang fiktif (tidak benar-benar terjadi tetapi dapat terjadi dimana saja dan kapan saja, serta relatif pendek).

Dari beberapa pendapat di atas penulis simpulkan bahwa yang dimaksud dengan cerita pendek adalah karangan narasi fiktif yang menceritakan suatu peristiwa dalam kehidupan yang singkat namun padat.

Cerpen menampilkan sebuah fragmen kehidupan yang bersifat independen, bisa berdiri sendiri, utuh, tuntas, sudah dianggap selesai, mengandung kesatuan cerita dan peristiwa yang padu. Cerpen merupakan cerita yang habis dibaca sekali duduk, terdapat satu alur dan panjang 3-10 halaman.
Suatu hasil sastra dapat dikategorikan ke dalam cerita pendek harus dilihat dari ruang lingkup permasalahan yang ditampilkan dalam karya sastra tersebut. Biasanya cerpen hanya akan menampilkan suatu pokok permasalahan saja dalam cerita. Karena permasalahan yang ditampilkan hanya satu atau permasalahannya tunggal, maka tidak memungkinkan tumbuhnya digresi dalam cerita pendek. Cerpen yaitu kisahan yang memberi kesan tunggal yang dominant tentang suatu tokoh dalam latar dan satu situasi dramatik.
Predikat pendek pada kata cerita pendek bukan ditentukan oleh banyaknya halaman untuk mewujudkan cerita itu atau sedikitnya tokoh yang terdapat dalam cerita itu, melainkan lebih disebabkan oleh ruang lingkup permasalahan yang ingin disampaikan oleh bentuk karya sastra tersebut. Jadi, sebuah cerita pendek belum tentu dapat digolongkan ke dalam jenis cerita pendek apabila ruang lingkup permasalahan yang persyaratan yang dituntut oleh cerita pendek.

2.2  Ciri-ciri Cerita Pendek
Di atas penulis kemukakan bahwa masih banyak orang belum mengetahui ciri-ciri sebuah cerita pendek. Mengenai hal tersebut, di bawah ini penulis kemukakan ciri-ciri cerita pendek menurut pendapat Sumarjo dan Saini (1997 : 36) sebagai berikut.
  • Bersifat rekaan (fiction) ;
  • Bersifat naratif ; dan
  • Memiliki kesan tunggal.
Pendapat lain mengenai ciri-ciri cerita pendek di kemukakan pula oleh Lubis dalam Tarigan (1985 : 177) sebagai berikut.
  • Cerita Pendek harus mengandung interprestasi pengarang tentang konsepsinya mengenai kehidupan, baik secara langsung maupun tidak langsung.
  • Dalam sebuah cerita pendek sebuah insiden yang terutama menguasai jalan cerita.
  • Cerita pendek harus mempunyai seorang yang menjadi pelaku atau tokoh utama.
  • Cerita pendek harus satu efek atau kesan yang menarik.
Menurut Morris dalam Tarigan (1985 : 177), ciri-ciri cerita pendek adalah sebagai berikut.
  • Ciri-ciri utama cerita pendek adalah singkat, padu, dan intensif (brevity, unity, and intensity).
  • Unsur-unsur cerita pendek adalah adegan, toko, dan gerak (scena, character, and action).
  • Bahasa cerita pendek harus tajam, sugestif, dan menarik perhatian (incicive, suggestive, and alert).

2.3  Pengertian Alur

Plot sebagai alur cerita yang dibuat oleh pembaca yang berupa deretan peristiwa secara kronologis, saling berkaitan dan bersifat kausalitas sesuai dengan apa yang dialami pelaku cerita. Dari pengertian diatas maka dapat disimpulkan alur/plot adalah suatu cerita yang saling berkaitan secara kronologis untuk menunjukkan suatu maksud jalan cerita yang ada.[1]
Alur adalah penceritaan rentetan peristiwa yang penekanannya ditumpukan kepada sebab-akibat. Untuk merangkai peristiwa-peristiwa menjadi kesatuan yang utuh, pengarang harus menyeleksi kejadian mana yang perlu dikaitkan serta mana yang kiranya harus dipenggal ditengah-tengah. Hal yang demikian berguna untuk lebih menghidupkan cerita menjadi menarik sehingga pembaca berambisi terus untuk menekuninya.
Alur dalam cerita kadang sulit untuk dicari karena tersembunyi dibalik jalan cerita. Namun, jalan cerita bukanlah alur. Jalan cerita hanyalah manifestasi bentuk wadah, bentuk jasmaniah dari alur cerita. Dengan mengikuti jalan cerita maka dapat ditemukan alur.
Alur bisa dengan jalan progresif (alur maju) yaitu dari awal, tengah, dan akhir terjadinya peristiwa. Tahap progresif bersifat linier. Jalan regresif (alur mundur) yaitu bertolak dari akhir cerita, menuju tahap tengah atau puncak dan berakhir pada tahap awal. Tahap regresif bersifat non linier. Ada juga tehnik pengaluran flash back (sorot balik) yaitu tahapannya dibalik seperti halnya regresif. Flash back mengubah tehnik pengaluran dari progresif ke regresif. Selain yang tersebut diatas ada juga tehnik alur yang lain yaitu tehnik tarik balik (back tracking) yang dalam tahap tertentu peristiwa ditarik ke belakang.
Alur yang menarik adalah alur yang tidak biasa, unik, spesifik, lain dari yang lain dan dramatis. Sedangkan tahapan alur sebagai berikut:[2]
1.      Tahap penyituasian/Perkenalan
2.      Tahap pemunculan konflik
3.      Tahap peningkatan konflik
4.      Tahap klimaks
5.      Tahap penyelesaian


BAB III
PEMBAHASAN

3.1  Sinopsis

Dalam cerpen “Bingkai” diceritakan tentang perselingkuhan yang dilakukan seorang suami. Berikut ini sinopsisnya:

Pada suatu hari seorang pria bernama Dudi menerima telepon dari Susan, temannya sejak SMA dan juga selingkuhannya sejak dua bulan lalu. Susan meminta Dudi untuk datang ke Ubud, Bali karena ia akan membuka dan meresmikan sebuah galeri di Ubud. Dudi pun memikirkan berbagai macam cara agar bisa pergi ke Ubud tanpa membuat istrinya, Lanfang curiga. Akhirnya malam itu juga Dudi mengatakan bahwa ia akan pergi ke Lombok namun ia akan singgah terlebih dahulu di Bali. Lanfang pun memakluminya, Lanfang juga bercerita bahwa ia akan melakukan peliputan suatu pameran.

Setelah sampai di Bali, Dudi segera ke galeri Susan yang sudah penuh dengan wartawan dan tamu-tamu undangan. Kedatangan Dudi disambut pelukan dan ciuman bibir oleh Susan. Susan tidak malu melakukannya karena kebanyakan tamu undangannya adalah bule. Dengan cepat para wartawan membidik gambar mereka berdua. Lalu dudi pun melihat sekelilingnya apakah ada seseorang yang takut-takut ia kenali. Ternyata dari balik kamera yang menutupi wajahnya, terdapat raut muka kecewa Lanfang disana. Dudi melihatnya, Lanfang. Lanfang berlari keluar galeri, dan Dudi mengejar Lanfang tanpa lagi menghiraukan Susan.
.

3.2    Alur dan Tahapan Alur

Dalam cerpen “Bingkai” menggunakan alur maju karena jalan ceritanya kronologis atau urut waktu.

Untuk menentukan alur dalam suatu cerita kita harus mengetahui tahapan alur dalam cerita tersebut. Berikut tahapannya.
ü  Tahap Penyituasian/ Tahap Perkenalan, yaitu tahap yang berisi pengenalan siatuasi latar dan tokoh cerita:
Ulasan: Dudi mengangkat telepon dari Susan, Susan mengungkapkan rasa rindunya dan keinginan agar Dudi yang berada di Surabaya segera menemuinya di Ubud, Bali.
ü  Tahap pemunculan konflik yaitu tahap mulai dimunculkan peristiwa/masalah yang menyulut terjadinya konflik.
Ulasan: Terjadinya konflik batin dalam diri Dudi bagaimana caranya ia mengatakan pada Lanfang ia harus pergi ke Bali untuk menemui Susan tanpa harus Lanfang ikut pergi menemaninya dan tanpa membuat Lanfang mencurigai kepergiannya.
ü  Tahap peningkatan konfliks, yaitu konflik mulai berkembang mengarah ke klimaks.
Ulasan: Lanfang memotret Susan dengan pria yang ia cium, kemudian Lanfang menyadari bahwa pria itu adalah suaminya.
ü  Tahap klimaks, yaitu konflik atau pertentangan mencapai titik intensitas puncak.
Ulasan: Dudi melihat sosok Lanfang diantara banyaknya wartawan yang sedang menyoroti ia dengan Susan di Galeri baru Susan, dan Dudi mengejar Lanfang yang berlari keluar galeri.
ü  Tahap penyelesaian, yaitu konflik mulai menemukan penyelesaian.
Ulasan: Tidak ada tahap penyelesaian konfliks dalam cerpen ini.

Jadi untuk menentukan alur suatu cerita dapat dilakukan apabila telah memahami cerita tersebut secara keseluruhan.  Selanjutnya dipilah-pilah masing-masing urutan cerita sesuai tahapan masing-masing mulai dari tahapan pengenalan atau penyituasian, tahapan konflik, tahapan klimaks sampai tahapan penyelesaian.


Alur atau plot adalah rangkaian peristiwa yang disusun berdasarkan hubungan kausalitas. Secara garis besar alur dibagi dalam tiga bagian, yaitu awal, tengah, dan akhir (Sayuti, 2000). Akan tetapi, dalam kenyataannya alur dalam sebuah karya fiksi disusun berdasarkan pilihan pengarang itu sendiri. Oleh karena itu, awal alur tidak harus merupakan awal cerita. Tergantung bagaimana pengarang memposisikan dan memainkannya.
1. Awal
Bagian awal dari sebuah alur biasanya merupakan bagian pengenalan cerita. Biasanya berisikan mengenai pengenalan watak tokoh dan setting cerita yang bersifat Eksposisi dan element instabilitas (Sayuti, 2009:7.8). Sepertihalnya potongan cerita dalam cerpen “Bingkai" di bawah ini:
UNDANGAN dari Susan kuterima di kantor menjelang pukul tiga, ketika aku keluar dari ruang rapat. Rencana menyeduh kopi untuk mengusir kantuk segera terlupakan. Perhatianku tersita pada amplop yang didesain sangat bagus.
Dari kutipan cerita di atas sangat jelas sekali bahwa pengarang membuka cerita dengan terlebih dahulu memaparkan setting yang ada pada cerita tersebut. Namun pembuka cerita tersebut hanya bersifat memaparkan.
2.    Tengah
Tengah cerita berisikan konflik di dalamnya. Dari penyebab konflik sampai puncak dari konflik tersebut. Akan tetapi, penyebab konflik juga terkadang ditempatkan diawal cerita bagian akhir. Hal tersebut digunakan untuk memberi kesan keterikatan antara awal cerita dengan bagian tengahnya, sehingga tidak berkesan tidak nyambung. Konflik dibagi menjadi tiga jenis, yaitu konflik batin (tokoh dengan dirinya sendiri), konflik sosial (tokoh dengan tokoh lain), dan konflik alamiah (tokoh dengan alam dan lingkungan sekitar) (Sayuti, 2009:7.10). Akan tetapi, tidak menutup kemungkinan tengah cerita berisikan pengenalan mengenai setting, watak tokoh, dan penyebab konflik utama. Semua itu tergantung bagaimana cara pengarang memainkan alur. Penjelasan singkat itu kemudian menjadi awal untuk masuk ke dalam konflik yang ada di dalamnya. Sepertihalnya potongan cerita dalam cerpen “Bingkai" di bawah ini:
Sepanjang sisa jalan pulang, yang kupikirkan adalah cara pergi ke Bali. Meskipun Surabaya tak terlampau jauh dari Bali, rencana ke sana di luar tugas kantor tentu akan memancing keinginan Lanfang untuk ikut. Itu tak boleh terjadi! Tidak mungkin mempertemukan dua perempuan yang kusayang itu dalam satu ruang dan waktu. Bukan khawatir akan menjadi gagasan buruk sebuah novel bagi Lanfang, tetapi pasti menyebabkan tiupan badai yang kemudian merubuhkan perkawinan.

Jadi, mesti ada perjalanan dinas ke Bali! Barangkali, agar tidak terlampau mencurigakan, isu itu harus kuembuskan ke telinga Lanfang sejak dini. Nanti malam, sebelum bercinta. Dengan demikian, tidak terkesan sebagai kepergian mendadak. Tapi… astaga, bukankah benak perempuan sering dihuni oleh akal yang fantastik? Bisa jadi, karena waktunya masih lama, Lanfang membongkar tabungan dan berinisiatif untuk ikut. Dengan cara itu, biaya penginapannya gratis, bukan?
3.    Akhir
Akhir cerita merupakan bagian penyelesaian semua konflik yang ada di dalam karya fiksi. Pada bagian akhir pula biasanya dapat disimpulkan sebuah karya fiksi tersebut merupakan karya yang bersifat happy ending atau tidak. Selain itu, pada akhir juga biasanya pengarang memberikan penggambaran kembali mengenai settingnya, yang tentunya telah mengalami perubahan akibat konflik yang ada. Atau terkadang berisi kesimpulan mengenai tema yang diceritakan.
Selanjutnya telingaku tidak menangkap kata-kata Susan, karena segera bergegas mengejar Lanfang yang beringsut begitu cepat ke arah pintu keluar. Aku mengutuk diriku yang mengganti nomor handphone. Pasti ia telah mencoba menghubungiku sejak kemarin. Apakah aku juga harus mengutuk majalah yang memintanya meliput acara ini? Bukankah dia sedang sibuk dikejar batas waktu oleh penerbit bukunya?

"Lanfang!" aku memanggil.
Di luar sunyi, tapi tidak dengan degup jantungku yang gemuruh.

Namun dalam cerpen ini tidak ada tahap penyelesaian konflik.


BAB IV
PENUTUP

4.1    Kesimpulan
  
Cerpen yang berjudul “Bingkai” menggunakan alur maju sebab tahapan  
alurnya kronologis atau urut waktu yang terdiri dari:
1.      Tahap penyituasian/Perkenalan
2.      Tahap pemunculan konflik
3.      Tahap peningkatan konflik
4.      Tahap klimaks


4.2    Saran

Dalam proses mengkaji cerpen memerlukan pemahaman dan penguasaan lebih terhadap penceritaan yang digunakan. Oleh karena itu, setiap individu sebelum memulai mengkaji hendaknya mencari contoh-contoh dari pengaplikasiaan demi menguatkan pemahaman teori-teori yang menjadi dasar penelitian.

Kami sebagai penulis berharap agar karya sastra seseorang dihargai dan dihormati, salah satunya dengan cara menganalisis unsur-unsur karya sastra, karena dengan cara tersebut seseorang akan mengetahui keunggulan dari karya sastra tersebut.




DAFTAR PUSTAKA

Abdul Somad, Adi, dkk. 2007. Aktif dan Kreatif Berbahasa Indonesia untuk Kelas XII SMA/MA. Bandung: Departemen Pendidikan Nasional

Ambarwati, Sri. 2009. Kreatif Bahasa Indonesia Kelas XI. Klaten: Viva Pakarindo.

Diunduh pada Sabtu 5 November 2011 Pukul 16.55 WIB

Diunduh pada Sabtu,5 November 2011 Pukul 17.05 WIB

kafeilmu.com/tema/pengertian-plot-dan-alur-cerita.html
Diunduh pada Sabtu,5 November 2011 Pukul 17.25 WIB



[1] Menurut Dick Hartoko, 1948:149
[2] (diunduh dari http://unsilster.com/ pada Sabtu 5 November 2011)
 

No comments: