Wednesday, September 5, 2012

D i a . . am

Seratus dua puluh lima hari yang lalu kita berjumpa untuk berpisah
Di persimpangan jalan itu kita pilih arah masing-masing
Senja menjadi saksi keputusanku

Bukan yang pertama
Bukan pula tuk yang kedua
Tetapi yang ketiga
Lengkaplah menjadi batas atas kesetiaan yang kau pertaruhkan

Aku memang terlalu egois
Mencintaimu dengan caraku
Menginginkanmu utuh hanya untukku
Aku memang egois
Tuk tetap bertahan denganmu
Walau semua orang mengutukiku
Secara akal sehat jelas aku bodoh

Hari itu kau tersenyum
Duduk disampingku
Mungkin kau menanti kado dariku
Maaf
Di hari ulang tahunmu..
Justru ku ingin kita memilih jalan masing-masing
Kau dengan caramu.. aku dengan caraku..
Kau mengangguk
Kau tersenyum
Kau genggam tangan ini
Kau iringi langkahku dengan perlahan

Sampai di persimpangan jalan itu
Tanpa sepatah katapun kita saling melepaskan gengaman
Kau paham.. aku paham..

Seminggu kemudian
Semuanya terbukti
Kau tak dapat mengelak
Semua orang pun paham kau memang tak pantas untukku

Dan apa yang terjadi padamu sekarang
Sungguh.. aku tak lagi peduli

Hai rere.. kau tahu..
Aku sudah melupakan semua kepahitan itu
Aku tak dendam padamu.. aku justru berterimakasih padamu
Karena kau.. aku tahu rasanya sakit dikhianati
Dan  aku sama sekali tidak ingin berlaku demikian dengan orang yang kusayang..
Karena cinta, bukan taruhan
Dan cinta tak butuh persyaratan

Re..
Seperti keinginanmu,, aku menemukan sesoarang yang lebih baik darimu
Jauh... lebih baik darimu..
Aku menyayanginya tanpa sedikitpun ada bayang-bayangmu...
Karna dia tak sepertimu..
Dan karena dia adalah dia....

Bukan yang kamu tapi bukan kamu......

Saturday, September 1, 2012

Tetap melangkah


Setitik harapan muncul dan tenggelam
Saat ku pandangi dirimu
Cepat-cepat ku alihkan pandanganku
Namun ketika kau berada di dekatku
Rasanya ku ingin waktu berhenti sejenak

Adakah kau tahu
Ini tentang kecemburuanku
Seseorang selalu bercerita tentangmu
Aku marah
Aku marah karena aku tak bisa mencegah diriku untuk jauh lebih dalam mengagumimu
Aku marah karena aku pun tak bisa mencegahnya mengharapkanmu
Ia terlanjur menyukaimu dengan berbagai macam alasannya
Sementara aku
Aku tak tahu apa alasanku untuk menyukaimu
Entah ini suka atau cinta
Aku pun tak tahu

Satu yang aku tahu
Aku ingin berteriak sekencang-kencangnya saat dia mulai memuji semua tentangmu
Saat ia membeberkan segala tentang keadaanmu yang aku tak tahu
Dan saat ia menghampirimu dengan segala keperluannya yang entah itu apa
Sementara aku harus menyaksikan kalian dari kejauhan
Menyimpan amarahku
Menyembunyikan kecemburuanku