Saturday, July 12, 2014

Terhayati Begitu Rupa

Dini hari yang terjerat cinta
Yang tersimpan
Yang meluap
Yang merayap ke pucuk-pucuk
Yang terpintal
Yang berontokan
Yang membumbung ke angkasa
Dan yang melesak hingga ke sela bebatuan



-Tangerang, 12 Juli 2014-





Sebutlah kini

Retak-retak aspal menggeretak
Mentari menyemai panas yang mengepulkan ubun-ubun
Tak satupun kaki-kaki telanjang sudi menjejal
Kecuali ketika malam beriringan pelita
Kanan kiri tanah basah
Gembur meremah-remah
Dulu.

-Jakarta, 10 Juli 2014-

Irritate

Do u think i'm still in a cradle?
No !
I'm not a toddler !


Can u see??
This is my adolescence !


I want to be like you.. And like the others adult.. Free !
Even thought you always left me behind 
But my survival took me up to the maturity 

I aware of my proud of !
The society outside.. 

Gives of a lot of Perquisite 
 

this is my FATE !
Submission for believers to remind the unbelievers resolutely repeated the reluctant . .
 

Last but not least..
They all said i'm Indolent, dull, and boasful !


There's nothing to lose from the former said,, I know !
But this is my limitation odyssey .
 

I'm irritating .

Jakarta, Sept 27th 2012
*ahiru



An existence

aku masih percaya dengan intuisi.
walau tak sepenuhnya berpikir rasional, tapi intuisi membawaku pada kenyataan hidupmu. kisah yang sebelumnya hanya samar ku tahu. kebohongan yang kau selimuti dengan segala tetek-bengek pencitraan.
hingga sempat dengan segala kerendahan hati ku katakan, "aku mampu menerimamu apa adanya." Saat itu intuisi seakan menatapku lekat sambil berkacak pinggang.

yaa.. kau pernah bilang, "tak ada yang tak mungkin".
padahal kau tahu jelas antara kita adalah hal yang tak mungkin.
oh ya, mungkin benar... itu mungkin bagimu.
ya ya ya... tapi tidak bagiku. haha... 
it's really impossible for me. lol~

intuisi masih selalu melekat, bahkan ia terlalu melekat dalam diriku, dan ia terlalu pencemburu. intuisiku terlalu pemarah. namun intuisiku selalu mampu memberikan pelajaran. intuisi yang seringkali tak sehati, namun jelas ia terlahir dari hati. ia membuatku bersyukur bahwa aku masih punya hati. sampai pada suatu waktu aku anggap intuisi adalah suara hati malaikat penjagaku.

intuisi... cobalah suatu waktu kau menjelma menjadi sesosok bentuk.
bentuk apa saja, asal berbentuk.
karena aku terlalu lelah menghadapi ia yang fatamorgana.

oh, bukan engkau yang ku maksud wahai intuisi.
tapi yang orang ramai sebut 'rasa cinta'.

Tangerang, 010214




(tak) perlu

"Sebenarnya hanya butuh tempat untuk berbagi", katanya..
"Hmm.." Sahutku sambil menatap layar tab terus menekan-nekan layar seolah menikmati permainan di layar itu. Enggan kuperlihatkan mata yang berkaca-kaca ini.. sepertinya luka-luka setengah mengering itu tersayat-sayat lagi. 


Pikiranku mengawang pada beberapa carik kertas yg tempo hari ku sobek kecil-kecil dan ku biarkan rintik hujan melunturkan apa-apa yang tertulis di dalamnya, kemudian menyatu dengan tanah.


Bukan yang pertama lagi. Bahkan sudah sangat muak aku meladeni semua pelik sandiwara. Terutama yang satu ini.
Aku harus memahami apa yang ingin ku tentang. Aku terbentur dengan etika. Tak mampukah kau lihat luka itu?
Luka yang tak pernah kau duga bahwa ia akan bertumbuhkembang seiring taburan semaian kamuflase pencitraan yg kau berikan. 

 
Dan remah-remah sakit hati itu, hari demi hari, akan menumbuhkan lelah-lelah tak berkesudahan.

Kapan akan kau sudahi? 

 
-Tangerang, 9 Juli 2014

(tidak) ada bunda

Berlari-larian kaki-kaki kanak-kanak di sepanjang lorong kosong bayang-bayang.
Sore itu, di ujung lorong, seorang gadis melambungkan kisah-kisah masa lalu yang bagai melulur-sosok hanya dalam pikirannya.
Disapanya kanak-kanak yang berlarian melewatinya. Namun tak satu jua dari mereka melemparkan pandangan pada gadis itu. 


Sejurus kemudian gadis bemata cerlang itu berbalik arah, menggapai jendela tak bertirai. Hari itu matahari tak secerah biasa, tak pula gelap mengundang mendung. Tak ada isyarat.

 

Lima belas tahun yang lalu.. Di lorong berbeda, anak semasih kanak.. menatap hujan di balik jendela, menanti sang bunda kembali dari rutinitas mengais berkah. Cemas yang membuncah, mengalirkan air di pelupuk mata. Membasahi pipi mungil sekel kepunyaannya. Hari itu bunda datang menjemput. Riuh suara kendaraan lalu lalang berbalap-balapan dengan suara hujan di balik jendela mengecilkan pendengaran anak itu akan suara bundanya.
"Bundaaa...lama sekali sih datangnya", teriak anak itu dengan semburat kemerahan di wajahnya.
Bunda tersenyum..
"Ayo pulang..." ucap bunda meraih tangan anak itu.
 

Tahun demi tahun menjejal hari-hari kanak yang bertumbuh dewasa.
Dihembus-hembuskan nafas dari mulut mungil gadis itu ke jendela di hadapannya.
 

Hari ini tak hujan seperti lima belas tahun lalu.
Juga tiada bunda. 


 
-Tangerang, 9 Juli 2014-

Jelaga

Kau.. dinding berjelaga
Tak ada indahnya, sampai disingkirkannya sumber asap
Yang kemudian hanya dengan beberapa usap, dapat kembali bersih
Sayang... kalian tak dapat saling menyingkirkan
Hingga kau tetaplah dinding berjelaga
Yang semakin hari semakin terkelupas tanda-tanda kekokohanmu


-Tangerang, 9 Juli 2014-

Genap 22 tahun. Alhamdulillah..

Alhamdulillah.. alhamdulillah.. alhamdulillah....
Hari ini genap 22 tahun usiaku. 
Genap pula 6 tahun usia blog ini. 
Dari dulu ingin terus ngeblog tapi jarang keep in touch sama komputer/laptop.
Semoga seterusnya bisa sering posting tulisan-tulisan yang bermutu. 
Karena kebanyakan sih curhatan ya di sini. namanya juga cewek.
tuhkan alaynya kumat.
over all.. trims buat semua orang yang berada disekelilingku selama ini.
smoga Allah mengabulkan doa-doa kalian untukku, begitu pula utk kalian.
I'm so glad today.. :)
120714